#9STEPS

Ini adalah tempat untuk belajar melangkah. Menurutku, setidaknya ada sembilan langkah sebelum menyerah. Dan setiap langkah ada yang menuntun. Ada dzat yang maha mengetahui, dan diriNya tak akan menuntun ke jalan yang salah. Bukankah Dia sudah berjanji?

Mengapa kau tak sabar untuk menunggu hingga langkah ke sembilan?

#Archives


#Latest


#keywords


#CONTACT

Silahkan isi form dibawah ini!
Nama:

E-mail:

Pesan:

Atau hubungi saya di:
#fb #twitter #askfm #youtube
Friday, March 9, 2012 | 12:29 PM
Berbicara soal Tuhan memang cukup menggelitik otak saya. Terkadang pemikiran ekstrem muncul begitu saja di tengah malam ataupun sepanjang hari. Sekitar sepuluh tahun silam, saya sering bertanya kepada diri saya sendiri, apakah Tuhan memang benar-benar ada? Pertanyaan tersebut muncul ibaratnya sebuah pohon yang memiliki buah yang lebat. Tiap harinya buah selalu bertambah dan menarik siapa saja yang lewat untuk memetiknya. Pohon keraguan itu tumbuh subur dan tak bisa saya cabut atau robohkan. Pohon tersebut menghasilkan ranting yang mungkin sebaiknya saya bendung. Buahnya makin lama membingungkan, Sementara akarnya menancap semakin dalam. Mungkin rentetan pergolakan itu harus saya akhiri. Ya pohon itu pada akhirnya memang harus ditebang. Biar tidak keterusan, katanya.

Saya juga berpikir dan mencoba melihat sebab muasal keraguan tersebut. Apakah disebabkan karena persoalan filosofis, atau adanya pengaruh dari beberapa buku yang saya baca, atau adanya ketidakpuasan jawaban yang saya peroleh ketika bertanya Tuhan lewat agama. Tapi saya pikir,  hal ini lebih diakibatkan rasa kecewa saya: Bagaimana mungkin Tuhan membiarkan dirinya diatasnamakan oleh mereka yang mengaku umat-Nya, demi tindakan brutal tanpa welas asih sedikit pun? Islam, Kristen, Hindu, Buddha, Yahudi, Zoroaster, Pagan... semuanya pernah mengatasnamakan Tuhan demi tindakan-tindakan biadab. 

Setiap manusia yang lahir, hal yang pertama diajarkan adalah persoalan tentang Tuhan. Seorang bayi muslim yang beberapa detik sebelumnya lahir di dunia akan dikumandangkan lafadz adzan dan iqamah di masing-masing telinganya. Saya tak tahu pasti ritus kepercayaan lain sebagai padanan prosesi ini. Kemudian dengan bertambahnya umur, mereka diberikan pemahaman agama yang proporsional. Dari yang paling mudah hingga yang paling rumit. Dari persoalan yang menyangkut tata cara hingga beberapa pandangan yang mendebat tata cara. Dari hal yang harus dilakukan hingga hal yang jika dilakukan akan menambah pahala. Ya, semua itu memang berbicara tentang Tuhan. 


Namun, saya berpikir dan akhirnya menemukan jawaban bahwa dengan embel-embel Tuhan pasti ada suatu tujuan besar yang mendasarinya. Tujuan tersebut adalah harapan sebagai titik tolak untuk melakukan perjalanan hidup. Toh manusia yang hidup mempunyai harapan. Harapan adalah fakta yang tak baiknya atau bahkan tak bisa kita tolak. Saya pikir, setiap manusia memiliki sesuatu untuk bergantung. Mungkin sebagian dari kita juga mengenal jika manusia itu makhluk sosial yang menghasilkan definisi bahwa manusia tidak bisa hidup sendiri. Namun saya pikir manusia butuh lebih dari itu. Manusia membutuhkan sesuatu yang lebih hebat untuk meminta, sesuatu yang lebih tinggi untuk menyampaikan harapan. Berangkat dari itu, kesadaran mengenai Tuhan diperlukan; agar kita mempunyai sesuatu untuk berpegang bahkan ketika dunia kita runtuh di depan mata. Setiap manusia membutuhkan keyakinan terhadap setiap harapan. Untuk itulah Tuhan diperlukan; untuk itulah saya memerlukan Tuhan. Saya butuh satu keyakinan untuk dijadikan tempat bertumpunya harapan. Saya butuh sesuatu untuk menjadi tempat berharap. Dan Tuhan memberikan semuanya kepada saya. Alam, tubuh, ataupun manusia yang lain yang membuat setiap harapan menjadi kenyataan.

Labels: ,


0 KOMENTAR:

Post a Comment