#9STEPS

Ini adalah tempat untuk belajar melangkah. Menurutku, setidaknya ada sembilan langkah sebelum menyerah. Dan setiap langkah ada yang menuntun. Ada dzat yang maha mengetahui, dan diriNya tak akan menuntun ke jalan yang salah. Bukankah Dia sudah berjanji?

Mengapa kau tak sabar untuk menunggu hingga langkah ke sembilan?

#Archives


#Latest


#keywords


#CONTACT

Silahkan isi form dibawah ini!
Nama:

E-mail:

Pesan:

Atau hubungi saya di:
#fb #twitter #askfm #youtube
Monday, September 19, 2011 | 2:50 PM
Cut Nyak Dien (tengah) terlihat sangat terpukul, tampak menangis, dan menengadahkan tangannya. Itulah yang tampak pada foto yang populer dan monumental tersebut. Saya tak tahu persis kapan dan oleh siapa foto tersebut diambil. Yang pasti, keterangan menyebutkan bahwa foto tersebut diambil pasca beliau ditangkap pasukan kolonial yang dipimpin oleh van Heutzs. 


Melihat foto pahlawan wanita pribumi tersebut saya dipaksa berpikir dan menerka apa yang ada dipikiran beliau pada saat itu. Apakah beliau sedih karena telah ditangkap? Atau beliau cukup sedih mengenang mendiang suaminya yang gigih berani melawan Belanda? Namun yang harus diperhatikan adalah bagaimana mungkin seorang pejuang yang terkenal gigih dan kuat bisa terlihat semenderita itu?

Ternyata foto tersebut menjelaskan banyak hal. Beliau menunduk, menekuk mukanya, dan terlihat menangis. Ada rona kejengkelan dalam wajahnya. Tangannya menengadah menegaskan beliau mulai pasrah akan keadaan. Suatu jalan terakhir yang mungkin beliau anggap menjadi sebuah solusi. Di kondisinya yang sekarang, seorang perempuan , usia tua, penglihatan terganggu, dan kehilangan dua suaminya, mungkin berdoa dan pasrah adalah suatu cara untuk merendahkan diri dan ikhlas atas keadaan.

Seperti diceritakan dalam buku sejarah sekolah dasar ataupun menengah, Cut Nyak Dien adalah seorang yang gagah, kuat, dan keras. Hal tersebut tentu juga bisa dilihat dalam foto atau lukisan beliau yang tak cukup waktu lama untuk kita mengerti bahwa watak pribadi tangguh ada pada dirinya.

Berkilas dari kisahnya, Cut Nyak Dien adalah seorang yang lahir dari campuran darah seorang da’i dan bangsawan. Ayahnya berasal dari Sumatera Barat yang kemudian merantau dan menemukan pendampingnya (anak bangsawan) di Aceh. Nanta Muda Seutia, namanya yang lantas diangkat menjadi ulebalang di wilayah VI Mukim. Suami Cut Nyak Dien yang pertama adalah Teuku Cik Ibrahim Lamnga, seorang pemimpin perjuangan rakyat aceh. 

Pada bulan Juni 1878 terjadi perang besar melawan Belanda. Dalam perang itu Teuku Cik Ibrahim Lamnga meninggal dunia yang akhirnya memaksa Cut Nyak Dien untuk bersikeras melanjutkan perjuangannya. Dari sisa pasukan suaminya, Cut Nyak Dien bertekad mengusir Belanda dari tanah Aceh. Hingga pada suatu ketika, dia bertemu Teuku Umar yang kelak menjadi suaminya.

Pernikahan Teuku Umar dan Cut Nyak Dien otomatis membuat dua kekuatan bersatu. Momen pernikahan keduanya disambut meriah oleh rakyat dan menumbuhkan optimisme untuk segera mungkin mengusir Belanda. Namun, Teuku Umar juga meninggal dunia saat diserang oleh pasukan Jendral van Heutsz di dekat kota Meulaboh. Pada pertempuran malam hari yang tak sebanding itu beliau wafat.

Sepeninggal dua suaminya, Cut Nyak Dien tetap memaksa diri untuk terus bergerilya melawan Belanda. Hingga usianya yang mulai menua dan penglihatannya yang mulai terganggu, beliau tetap bersikeras melanjutkan perjuangan. Pada akhirnya, beliau ditangkap oleh pasukan Belanda akibat pengikut setianya yang tak tega melihat dirinya terus-terusan memimpin pasukan lantas memberi tahu tempat persembunyiannya ke Belanda.

Dalam setiap kisah pahlawan perempuan tentu selalu terdapat hal yang unik. Kisah Siti Khadijah istri pertama sang juru selamat juga menjelaskan bahwa ada maskulinitas yang melebur dengan feminitas. Kesetiaan dan kekuatan yang bercampur padu dalam sosok perempuan yang suci. Kisah Mahabharata dalam versi india juga melahirkan seorang perempuan tangguh yang setia bernama Srikandi yang berhasil membantu suaminya Arjuna beserta Pandawa dalam perang Bharatayudha. Sejarah mencatat banyak sosok pejuang perempuan yang hebat. Rani Lakshmibai yang melegenda di India, Agustina de Aragon yang dianggap berjasa besar bagi Spanyol, ataupun sosok legenda Hua Mulan yang juga pernah diperankan dengan apik oleh Zhao Wei dalam film Mulan: Rise of a Warrior yang mengisahkan seorang jenderal perempuan masa Cina kuno yang sangat kuat. 

Namun untuk Indonesia, Cut Nyak Dien bisa dibilang tak memiliki padanan.

Labels: , ,


0 KOMENTAR:

Post a Comment